Rabu, 26 Agustus 2009

Indahnya Tarawih


Masjid Bimantara Kompleks Menara Kebon Sirih. (Foto: Ferry Zuljanna)

Matahari kembali ke peraduan, azan Maghrib pun mulai berkumandang. Segenap Shoimin tersenyum gembira. Mereka bersyukur merayakan kemenangan dengan berbuka. Takjil yang disediakan di rumah, di Mesjid, ataupun bagi mereka yang masih berada di kantor. Alhamdulillah, seluruh Shoimin berseru.


Gue menikmati banget Ramadan 1430 H ini. Biasanya, gue kebingungan kapan bisa salat Tarawih. Niat menyatukan Salat Tarawih dengan Qiyamul Lail, itu pun jika aku tidak letih dan bertekad kuat.

Apa yang gue dapat tahun ini, patut gue syukuri. "Terima Kasih padaMu ya Allah, tak mungkin dapat terlukis oleh kata-kata. Anugerah yang diberikanMu memang baru terasa nikmatnya saat ini."

Betapa kering kerontangnya Ramadan gue selama 2005-2008 kemarin. Apalagi 2008, gue harus menyiapkan segala sesuatunya sendiri, baik sahur maupun berbuka. Dengan jarak rumah yang jauh, gue betul-betul hidup mandiri, sendiri. Masa itu, gue lagi di Pontianak, ibukota Kalimantan Barat.

Subhanallah, ujian tahun lalu berbuah kenikmatan tahun ini. Kenikmatan ini bukan Rupiah, tapi masa atau waktu. Siapa sangka gue betul-betul diberikan masa untuk dapat mendekatiMu lagi, ya Allah. Betapa dulu jauh sekali.

Alhamdulillah ... Inilah nikmat yang diberikan ke gue. Tak terhitung angka, hanya gue yang tahu rasanya. Gue bisa lagi dekat denganNya. Inilah masa dan kesempatan yang diberikanNya buat gue, untuk meminta apa saja dariNya.

Gue minta apa ya? Satu saja, gue mau menyempurnakan Agama . Bismillah ...

Gue kerja dari pukul 09.00 WIB sampai pukul 18.30 WIB dengan timing yang enggak bersih. Sudah pasti di antaranya ada jeda buat gue istirahat. Karena Salat Magrib antre di Tempat Salat Kantor, gue biasanya Salat sepertiga akhir Magrib. Setelah itu gue siap-siap untuk Tarawih.

Sebenarnya Tarawih di Mesjid Bimantara itu 23, tapi gue sepakat sama Mbak Rani untuk ambil 8 Rakaat dan witir di rumah. Pertimbangan Mbak Rani, takut kemalaman sampai rumahnya. Pasalnya, rumah Mbak Rani di Cirendeu, Ciputat. Gue? Cukup di Kebon Sirih saja. Biasanya, weekend baru gue balik ke rumah di Depok.

Apa yang gue sebut nikmat adalah, kesempatan dan masa yang tersedia buat gue beribadah. Masa yang tersedia buat gue untuk tarawih. Insya Allah, Puasa tahun ini enggak kering seperti tahun-tahun sebelumnya.

Ya Allah, puji syukur hamba panjatkan atas karunia nikmat waktu ini.

5 komentar:

Salah satunya pasti karena temen2 Pluker yang bisa berbagi cerita dan semangat.

Semoga dilengkapi agamanya secepatnya *etapi abis November aja biar bisa traktir besar2an*

Mari berburu pahala!

Kalo ternyata sebelum November, berarti batal ya? hehehe, bukannya tetap makan2 jadinya ;-)

Menyempurnakan Agama ?

Subhanallah. Semoga kita selalu diberikan kekuatan. Aamiin :)

amieen...
semoga setengah agamanya dapat lekas disempurnakan :)

Pengalaman yang sama saya rasakan dari tahun 2005 - 2008, masjid bimantara tak terlupakan...

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More