Di beberapa daerah, informasi yang disajikan di media televisi nasional kita masih ada yang menceritakan soal banjir. Luapan air di Sungai Barito Kalimantan Selatan pun kini sedang terjadi. Sedangkan Pontianak, apa kabar? Dua hari belakangan ini, panas luar bi(n)asaaaa!!
Beginilah cuaca selepas perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Perayaan musim semi, begitu istilah di beberapa negara. Ya tetapi, Indonesia kan bukan negara empat musim. Jika bukan hujan, pilihannya hanya musim panas.
Hari ini sama seperti kemarin, langit begitu biru. Awan putih tak banyak bertebaran di langit. Suhu udara tercatat 33⁰ C dan terasa seperti 37⁰ C. Sinar matahari begitu menyengat. Sedianya tak boleh mengeluh. Seperti biasa terdengar, kalau tidak panas bukan Pontianak namanya. Seharusnya memang seperti inilah Pontianak.
Bulan Februari memang menjadi bulan di mana wisatawan datang ke provinsi yang jaraknya hanya 1 jam ditempuh dengan pesawat dari bandara Cengkareng, Banten. Februari merupakan bulan festival dimana perayaan Imlek dan Cap Go Meh menjadi jualan pariwisata daerah ini. Tidak hanya di Pontianak, Singkawang yang merupakan kota dengan mayoritas penduduk etnis Tionghoa sudah dikenal di Nusantara dengan perayaan puncak Cap Go Meh dan atraksi Tatungnya.
Jika dulu di zaman kuliah saya lebih suka pulang ke Pontianak saat Imlek, karena banyaknya tawaran diskon harga pesawat, berbeda dengan saat ini. Jangan memilih untuk mudik di saat menjelang Imlek dan Cap Go Meh. Harga tiket pesawat bisa naik 3 kali lipat, sama seperti mudik lebaran Idul Fitri. Bahkan dalam lima tahun terakhir tercatat beberapa maskapai bahkan menambah penerbangan ekstra untuk melayani kebutuhan penumpang yang hendak mudik Imlek. Amazing Pontianak!
Untuk tahun ini, saya tidak mengambil kesempatan untuk menonton atraksi Imlek maupun Cap Go Meh. Padahal keduanya terselenggara tepat di hari Minggu. Perayaan Imlek dan Cap Go Meh pun ramai selama malam Minggu. Bunyi petasan kembang api benar-benar membahana di mana-mana.
Loh kok, enggak nonton festival Imlek? "Iya, badan saya sudah agak berat. Hahahahaha!"
Tepat di bulan Februari ini, usia kehamilan saya sudah memasuki bulan kelima. Saya pun sering merasa kelelahan. Berat badan bertambah seiring perut saya juga semakin membuncit. Tapi rasa lelah tidak bisa dipungkiri, saya lebih memilih istirahat di rumah dan menonton kembang api dari rumah saja. Kampung di belakang rumah saya kebetulan didominasi oleh etnis Cina yang mata pencahariannya adalah petani kebun. Mereka juga merayakan Imlek dengan meriah dan memainkan kembang api. Jadi, semuanya cukup saya tonton dari rumah saja.
Lalu, ada agenda apa vi di bulan Maret? "Tenaaaaang! Tanggal 22 Maret Insya Allah, akan ada festival budaya Bumi Khatulistiwa yang bertepatan dengan kulminasi matahari di titik lintang 0⁰. Pada tanggal itu, jika kita berada di wilayah Tugu Khatulistiwa akan membuktikan bahwa tidak ada bayangan di bawah kaki kita.
Tertarik? Yuk, datang ke rumah... #eh.
1 komentar:
Nice post... Keep blogging.. Semangat...
Posting Komentar