Rabu, 04 Januari 2012

Wajah Sayu dan Sebuah Sapu


Wajah keriput itu tampak lelah. Kepala merebah kepada lengan yang entah berapa lama jadi bantal tidurnya. Bangku panjang taman itu jadi pilihan tempat istirahatnya. Meskipun lalu lalang sepeda kopi di depannya, tak urung mengganggu hasrat tuk mengistirahatkan badan tuanya. Keletihan pun membuat bapak penyapu taman itu terlelap di selimuti embun dan sejuknya hawa dinihari.

Sekira setengah jam kemudian, dia terbangun kembali. Lalu mengusap wajahnya dan dilanjut berdoa kepada Tuhan. Dia merapikan bajunya. Topi berwarna abu-abu itu pun diletakkan kembali di kepalanya.

Sekarang wajahnya tampak segar, setelah berkelana dalam alam mimpinya. Dia berjalan, mencari sapu lidi senjatanya, sebagai alat pembuka rezeki demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Napal tua itu pun bergerak membersihkan sampah kertas, tisu, dan daun-daun yang berserakan di taman.

"Permisi ya," ucapnya padaku yang sedang duduk dan memperhatikan kegiatannya.

"Silakan pak," balasku dengan senyuman.

Debu yang tersapu tak terbang tinggi. Debu-debu ini masih kalah dengan embun pagi yang tak lagi dingin di kota megapolitan.

Sayang, lantunan ayat-ayat al Qur'an mulai terdengar. Sebentar lagi azan subuh di Masjid Sunda Kelapa akan berkumandang. Aku memutuskan tuk beranjak pulang ...

"Semoga bapak itu mendapat rezeki yang berlimpah," doaku.

***

Taman Suropati, Menteng, Juli 2010

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More