Minggu, 25 September 2011

Akhirnya, Kebijakan Soal Bersosial Media pun Turun

Beberapa hari terakhir, gue kehilangan 'kicauan' beberapa teman. Awalnya gue menduga bahwa hilangnya mereka karena telah gue unfollow sebelumnya. Pada awalnya gue pikir hal itu karena petinggi yang mulai ikut 'berkicau'. Tapi hari ini, dugaan gue enggak juga sepenuhnya salah. Ternyata, kebijakan tentang bersosial media telah diatur secara tegas oleh petinggi yang paling puncak. Selain pemblokiran beberapa situs sosial media, ada juga hal-hal yang diatur dalam peraturan. Jadi ternyata.. mereka memang lebih menahan diri dalam berkicau saat ini.
Pada akhirnya semua belajar dari pengalaman yang ada. Beruntunglah gue menjadi troublemaker yang pada akhirnya itu hanya menjadi sejarah dalam linimasa saja. Sebelumnya bahkan penggiat social media, rudi@portalhr.com, telah mengingatkan bahwa rancangan social media policy telah mendesak untuk dibuat. Pasalnya, media sosial seperti Twitter merupakan jalan raya yang dapat diakses oleh siapapun secara up to date.
Belum lagi behaviour para Tweeps itu berbeda-beda. Ada yang memang sekadar mengeluhkan apa yang terjadi padanya dan yang membahayakan adalah mereka yang mengeluh soal kantor. Padahal jelas, dalam surat perjanjian kerja aturan membocorkan policy perusahaan telah mengikat seorang karyawan.
Seorang teman menyampaikan bahwa peraturan tersebut bahkan dipasang di papan pengumuman di kantor dan sebelumnya dikirim via email masing-masing pegawai. Lucu juga, sekarang beberapa di antara mereka lebih kepada mengerem tema dalam berkicau.
Gue pribadi akhirnya mendeterminasi dua akun. Satu nyablak, satu jaim. Mengapa?
Akun yang untuk nyablak lebih aman jika dikunci alias protect your tweets yang bisa diatur di setting akun. Di situ kita berekspresi bersama teman-teman, meskipun masih dengan catatan agar sesuatu yg dibicarakan agak personal, lebih baik dengan mereply dan tidak perlu meretweet.
Sementara akun jaim ... follow beberapa akun yang memberikan kita energi positif. Akun para motivator, tokoh-tokoh yang informatif dan kerap memberikan kultwit yang menambah wawasan. Dengan begitu, Sosial media akan terasa lebih bermanfaat daripada hanya sekadar melontarkan kata-kata yang tak layak ditampilkan.


Thanks anyways!


*Tidak bermaksud menggurui, hanya berbagi pengalaman saja*

2 komentar:

Hah? emang ada peraturan macam gitu? aku baru tauuuuu hahahaa...

tergantung kebijakan masing2 perusahaan, nek

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More