Dongkol.. itulah kata pertama yang muncul saat membaca koreksi dari kicauan para pengguna socmed yang enggak berotak. Iya, sejak men-shut down PC kantor, saya enggan kembali online di rumah. Alasannya, saya sudah 10 jam online di kantor dan berkutat dengan internet.
Tapi saat pagi datang, pun tiba kabar bahwa Franky Sahilatua menghadap Sang Kuasa. Bersamaan dengan wafatnya Si Kabayan Kang Ibing. Lalu beberapa saat muncul lagi ralat. Argh! Who's that yang mengabarkan kabar tidak benar.
Jelas, para pemburu berita hiburan pun panik di malam hari. Tanpa berpikir panjang mereka menghubungi pihak keluarga, atau siapa saja yang berkompeten. Sikap ini diprotes Meutya Hafid yang menyarankan para pemburu berita untuk tidak menelepon malam-malam hanya untuk mengkonfirmasi.
Ah, mbak! Kau lupa saat kau masih jadi pemburu or presenter berita. Tidakkah kau akan melakukan hal yang sama?
Ya, sangkar kicau burung bak jalan raya ini, lebih sering membawa kabar tak sedap. Berkicau tanpa otak, membuat panik masyarakat. Aneh ... meskipun sebagian dari para pengoceh itu jelas-jelas berotak.
Ya, gara-gara kicauan tanpa otak itu, gue panik di pagi hari. Siapa keluarga yang bakal dihubungi? Paling hanya teman dekat seperti Garin Nugroho. Tapi ya, gue lebih percaya lihat timeline Meutya Hafid sih. Nah, kan! Bener, serentetan bantahan dah tertulis rapih, berikut warning buat para wartawan. errrr! hehehe...
Tapi tahu kah, sejak awal jatuh sakit dan sebelum dilarikan or diterbangkan ke Singapura, Om Franky tak mau berbagi cerita dengan wartawan. Beliau tidak mau diganggu!
Ah, akhirnya diganggu juga. Akibat kekurangan biaya, teman-teman pun memanfaatkan media sosial yang berujung ke media massa untuk menghimpun bantuan.
Jangan lupakan karya-karya Om Franky yang sangat nasionalis. Banget-banget sangat nasionalis! Semoga cepet sembuh om, saya lebih suka menulis kabar gembira ketimbang duka.
Good news is a news too!
2 komentar:
banyak orang2 gila di twitter ya? hahahaa...
elo bukan salah satunya kan? hehehehe (ops)
Posting Komentar